Kisah sukses chairul tanjung bermula dari keadaan masa kecilnya yang serba sulit. Ia lahir pada masa transisi orde lama ke orde baru. Ia bersama orang tuanya dan ke enam saudaranya harus tinggal di sebuah losmen yang sempit.
Selepas menyelesaikan sekolahnya di SMA Boedi Oetomo pada tahun 1981, Chairul Tanjung melanjutkan kuliah di jurusan kedokteran gigi, fakultas kedokteran Universitas Indonesia. Biaya masuk kuliah pada tahun 1981 sebesar Rp 75.000,00, dengan uang kuliah pertahun Rp 45.000,00. Biaya tersebut sudah sangat mahal ketika itu.
Rupanya, untuk membayar uang kuliah tersebut, sang ibu menggadaikan selembar kain halus. Sejak saat itu, Chairul Tanjung sangat terenyuh dan shock, ketika itulah Chairul Tanjung bersumpah tidak akan meminta uang lagi kepada orang tuanya.
Untuk memenuhi kebutuhan kuliahnya, Chairul Tanjung mulai mencari uang sendiri dengan berbagai cara, seperti menjual stiker, buku, tas, kaus, sepatu, dan membuka jasa foto kopi bagi mahasiswa. Ia bekerja sama dengan pemilik mesin foto kopi dan meletakkannya ditempat yang strategis yaitu di bawah tangga kampus. Ia juga pernah mendirikan sebuah toko peralatan kedokteran dan laboratorium di bilangan Senen Raya Jakarta Pusat, tetapi bangkrut.
Setelah kuliah Chairul Tanjung pernah mendirikan PT. Pariarti Shindutama bersama 3 rekannya pada tahun 1987. Bermodal awal sebesar Rp 150.000,00 dari Bank Exim, mereka memproduksi sepatu anak-anak untuk di ekspor ke luar negeri.
Keberuntungan berpihak kepada Chairul Tanjung, karena perusahaan tersebut langsung mendapatkan pesanan sebanyak 160.000 pasang sepatu dari Italia. Akan tetapi karena perbedaan visi tentang ekspansi usaha, ia memutuskan untuk memisahkan diri dari rekan-rekannya, kemudian mendirikan usahanya sendiri.
Kepiawaian Chairul Tanjung dalam membangun jaringan sebagai pebisnis membuat bisnisnya semakin berkembang. Setelah jatuh bangun berbisnis selama bertahun-tahun ia membangun perusahaan Para Group. Lompatan besar bisnisnya bermula ketika ia memutuskan untuk mengambil alih kepemilikan Bnk Tugu, yang kemudian diganti nama menjadi Bank Mega pada tahun 1996.
Berkat tangan dingin Chairul Tanjung Bank kecil yang sedang sakit-sakitan yang sebelumnya dikelola oleh kelompok Bappindo itu kemudian disulap menjadi bank besar dan disegani. Akhirnya, bank inipun menjadi pilar penting dalam menopang bangunan Para Group. Adapun dua pilar lainnya adalah Trans TV dan Bandung Supermall.
Sebagai sosok pebisnis sukses yang kini langka, Chairul Tanjung di kalangan teman-teman dekatnya sering kali dijuluki sebagai The Last of The Mohicns. Sebutan ini mengacu pada sebuah judul film terkenal produksi hollywood yang menceritakan kisah penaklukan kaum kulit putih terhadap bangsa indian di Amerika Serikat. Akhirnya bangsa asli yang sebelumnya menjadi tuan tanah dan penguasa wilayah itu semakin terpinggirkan dan menjadi sosok langka.
Intinya adalah Chairul Tanjung tidaklah tergolong sebagai pengusaha dadakan yang sukses berkat kelihaiannya dalam membangun kedekatan dengan penguasa. Mengawali kiprah bisnis selagi kuliah di jurusan Kedokteran Gigi, Universitas Indonesia, sepuluh tahun kemudian ia telah memiliki sebuah kelompok usaha yang disebut Para Group. Kelompok usaha ini dibangun berawal dari modal yang diperoleh dari Bank Exim sebesar Rp 150.000.000,00. Bersama 3 rekannya yang lain, ia mendirikan pabrik sepatu anak-anak yang semua produknya diekspor. Dengan bekal kredit tersebut, ia membeli 20 mesin jahit merek Butterfly.
Kini Para Group mempunyai kerajaan bisnis yang mengandalkan pada 3 bisnis inti. Pertama, jasa keuangan, seperti Bank Mega, Asuransi Umum Mega, Asuransi Jiwa Mega Life, dan Mega Kapital Indonesia. Kedua, media, gaya hidup, dan hiburan, seperti Trans TV dan Trans 7. Ketiga, berbasis sumberdaya alam, yakni kebun dan pengolahan kelapa sawit.
Saat ini Chairul Tanjung termasuk salah satu dari 7 orang kaya dunia asal indonesia. Ia juga satu-satunya pengusaha pengusaha pribumi yang masuk jajaran orang kaya dunia. Salah satu Para Group yang kini sedang melejit adalah Trans Corp. Trans TV dan Trans 7 yang bekerja sama dengan kelompok Kompas Gramedia dan Bank Mega menjadi usaha-usaha bisnis Trans Corp yang mengemuka dan dikenal di Indonesia.
Dalam berbisnis, Chairul Tanjung selalu percaya bahwa antara bisnis dan idealisme ada kaitannya. Ia menepis anggapan banyak orang bahwa bisnis dan idealisme berbeda. Sejak berbisnis ia berupaya menggabungkan segala sesuatunya dengan baik, sehingga akan mempunyai sustainability, yakni kemampuan untuk bertahan dalam jangka waktu panjang. Oleh karena itu, setiap bisnisnya selalu diupayakan agar berjalan baik di dunia bisnis maupun idealisme. Dengan begitu, tidak perlu dipertentangkan lagi antara bisnis dan idealisme.
Dalam bisnis, Chairul Tanjung berkeyakinan bahwa kuncinya adalah sabar dan mau menapaki tangga usaha satu persatu. Menurutnya, membangun sebuah bisnis tidak seperti membalikkan telapak tangan. Sebab, dibutuhkan sebuah kesabaran dan pantang menyerah. Jangan sampai seseorang mengambil jalan pintas, karena dalam dunia bisnis, kesabaran adalah salah satu kunci utama dalam mencuri hati pasar. Dan, membangun integritas dinilai penting bagi Chairul Tanjung. Sebenarnya, menurutnya, jika seseorang ingin segera mendapatkan hasil bisnis, itu dianggapnya manusiawi dan wajar. Namun, perlu disadari bahwa tidak semua hasil bisnis bisa diterima secara langsung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar